"cintai produk dalam negeri"
dari jaman kita kena krisis tahun 1998 kalimat ini sering kedengeran dalam rangka membangun perekonomian nasional, dari sekian banyak faktor yang menyebabkan produk dalam negeri nggak berkembang ato juga ga bisa bersaing sama produk luar, ya karena masyarakat Indonesia sendiri ga percaya buat make produk dalam negeri, entah karena emang kualitasnya ga bagus, ato gengsinya kurang, ato emang ga ada produk dalam negeri yang bisa dipake,,,, pada intinya produk dalam negeri ga dicintai sama warganya sendiri,,,,
dari sinilah bermulanya kampanye cintai produk dalam negeri, sampe dulu ada lagu anak2,,, "aq cinta rupiah" (walo agak ga nyambung siy,,, heheheh), tapi intinya program ini ynag sekarang berusaha digalakkan pemerintah... alasannya, coba kita berkaca pada negara2 lain yang terlebih dulu sadar dan bangga akan produk dalam negerinya. India contoh yang dari dulu udah terkenal seneng pake produk sendiri, liat aja di film2 india jaman dulu (masih jamannya mitun cakrabothi ato govinda, hehehe) mobil2 yg dipake punya karakter sendiri gitu, khas india bgt,(agak kotak gt bentuk mobilnya), ato liat aja film nya, india kalo gw ga salah dulu gw denger berita (waktu gw masi sd ato smp gt) adalah negara negara dengan produksi filmnya paling banyak pertahunnya, ampe ngalahin holywood masa, tandanya apa coba? ya berarti masyarakatnya juga punya antusiasme bwt film domestik, kalo ga, ga mgkn produksinya ampe gila2an kayak gt,,, iya ga siy,,,(itu salah satu contoh negara yang masyarakatnya juga ikut bersama2 dengan pemerintah membangun perekonomian nasiona)
ato kita bisa liat korea selatan, dimana kebanyakan orangnya udah make mobil buatan sendiri, ya gmana, mobilnya sendiri juga udah keren siy,, nyampe ini kan mobil korea di Indonesia, di amerika kayaknya juga udah nyampe deh (inget ga dilm taxi yang keberapa gt, nyebut2 mobil buatan koea, hehehe, coba deh perhatiin). film ato serial korea. jgn ditanya lagi,,, inget yg namanya "korean wave" ga, itu yg namanya film ato serial korea itu nyampe ke berbagai negera, asia tenggara jgn ditanya lg, dijepang dan china booming hbs cuy,,, gw pernah baca juga serial korea ampe ditonton di hawai cuy,,,, ok ga tuy.....
ga mutlak juga siy, tapi bisa dibilang penggunaan produk dalam negeri oleh bangsanya sendiri mungkin merupakan salah satu faktor yang ikut mendorong perkembangan ekonomi suatu negara,,,
bagaimana dengan indonesia.....?
seberapa jauh kita harus mencintai produk dalam negeri (bagian 1)
Diposting oleh EmAiLnYa EmAiL on Sabtu, 04 April 2009apa aja top 5 war movies?
menurut lw? hehehe...
kalo menurut gw tuy sejauh ini gw baru nemu lima yg terbaik,,,,,
1. band of brother,,,
of course,,, y pastilah,,, buat syp aja yg suka nonton film perang, dan benar2 suka tentang perang (bukan sekedartembak-tembakan doang) pasti milih film (yg lebih tepatnya serial pendek) ini jadi the bestnya,, gimana ga, film yg produser ny aja udah jaminan mutu (tom hanks n steven spielberg), what do u expect from the movie they make,,,? it will be outstanding... and it did..
ceritanya tentang tentara amerika waktu jaman perang dunia II dulu, waktu mereka di turunin di Eropa untuk perang sama tentara nya hitler... disini lw bisa lihat ga hanya adega2 perang yg wah bgt, tapi juga lw bisa sekalian dari awal ngeliat gimana tentara itu kebentuk kepribadiannya (latiannya gila bgt), apa itu yang namanya chain of command (harus sgt2 dipatuhi, ga peduli segoblok apa komandan lw), apa itu tak tik perang, apa aja aturan selama berperang (hukum perang), syp ity hero sebenarnya (lw ga usah jauh2 lihat superman ato spiderman yg ga riil) karena ketika lw lihat army disini pada perang dan ngeliat gimana itu yg namanya hidup ato mati batasnya cuma garis tipis doank, lw bakal sadar gimana para army ini keren bgt, lw jg sekalian belajar sejarah PD II dulu (y walopun somesays agak berat sebelah kali ya, tergantung syp yg bikin film kali ya, semua film perang emang kyk gt kan, tergantung syp yg bikin), but i assure u, this was the best war movie ever, can't imagine about the next war movies could be better than this.
aktor2 nya juga keren bgt, yg meranin itu pas bgt, kalo lw liat ntar mereka pada mirip2 bgt sama tentara2 nya yg asli pas lg muda (ntar ada extra wawancara sama easy company yg sebenarnya), mereka juga beneran dilatih sama komandan beneran, biar penghayatan kali ya,,,
gw bisa bilang lw ini yg the best, setelah gw nonton bbrp film perang, yg gw bisa blg, agak mengada2 ato ngarang, yg ga mungkin aja gt terjadi waktu lg perang, ato kebanyakan drama lah, tapi yg ini semuanya pas,,, hehehe,, kyk yg seneng bgt y ama serial satu ini, tapi emang bener koq,,
just try to watch it ur self, won't regret it, and worth it to be collected... currahee,,,
2. saving privat ryan
sebenarnya gw agak bingung2 jg antara ini sama black hawk down, tapi gw milih ini jadi nomor 2. ada hubungan nya jg sama easy company. karena disini ryan adalah paratroopers dary easy company yg mau diselamatin sama tom hanks soalnya 4 (kalo ga salah) sodaranya udah mati waktu lg perang. tapi ini ga cemen sama sakali koq, walopun intinya nyelamatin tentara yg emang pergi perang (berarti udah siap mati) bwt dibw plg lg, but it's cool. really...
3. black hawk down
no men left behind...
ya ini yg bisa lw pelajarin dari film ini,
dari cast nya aja udah keren2 bgt yg main (u can find it urself, once u watch the movie), trus lw bisa lihat giman yg namanya tentara itu bener2 ga boleh ninggalin temennya, padahal udh sekarat ato ga jelas lg bentuknya hbs kena bom, tapi tetap harus dibw plg, bhkn ketika itu beresiko lw juga ikutn mati nyelamatinnya...
4. tears of the sun
yg main bruce willis, gw salah satu penggemar bruce willis, karena menurt gw kalo dy main film, pasti keren hehehe( liat aja die hard ,1,2,3,4). walopun kata temen gw yg tergila2 sama film perang, film ini agak cemen karena intinya dy pengen nyelamatin dokter cewe waktu lagi perang n kata temen gw juga agak drama, tapi menurut gw it's still cool. karena gw masih dapet apa itu yg seharusnya ada dari film perang, such as obligation to respect commandant, karakter tentara itu sebenarnya (biar mati asal tugas yg dikasih bisa diselesaikan, bwt nyelamatin 1 orang yg mati ampe banyak gt), it's cool, u can tell me once u watch it.
5. we were soldiers
niy gw masukin soalnya kata temen gw yg gila film perang itu, ini bgs bgt n pantas jadi posisi nomor 2, tapi ga gitu menurut gw, bgs siy, cukup bwt mask posisi top 5, yg main mel gibson, ceritanya waktu amerika perang sama vietnam, diceritain ttg gimana komandan yg baik itu seharusnya gimana, n pasukannya juga, trus juga dikasih liat sedihnya jadi istri tentara, baru seneng2 bentar, eh suaminya udah harus perang lagi,,,, gitu lahhh, tapi lumayan, kalo dibanding yg lain..
oiy ada satu lagi yag menurut gw bgs filmnya yaitu WINDTALKER, ini keren juga yg main nicholas cage, dari namanya aja udah jaminan mutu, trust me (kalo dy yg main, pasti ok), gw agak2 udah lupa jg ceritanya, tapi yg jelas adegan perangnya dapet, n ga mengada2 ato terlalu didramatisir,,, ok...
that's what i thougt, what about u?
hohoho..
artikel yg gw post emang berkaitan dg hukum,, berkaitan dg kuliahan gw jg,,,
bukannya gw orang yang sinistik,,, tapi agak pesimis emang ngeliat bangsa ini,, hehehe,,,
kalo suka tulisan gw,,, kasi comment aja ya,,
kalo ada yg ga suka,,,gw minta maap aj,,, karena gimana pun jg, semua orang punya pandangan sendiri,,,
dan gw nulis dalam rangka hanya menyampaikan pemikiran gw, di era reformasi yg serba bebas dan terbuka memberikan pendapat ini,, hehehe,,
i guest that's all for this time,,
mulai rambling lg niy gw,,,
c u in other post,,,,
RASIONALISASI DALAM TUBUH BIROKRASI DI INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU KONSEKUENSI REFORMASI BIROKRASI
Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 98 telah berhasil menggulingkan pemerintah yang berkuasa pada saat itu yakni era Presiden Soeharto. Reformasi dilakukan secara besar-besaran oleh para mahasiswa pada masa itu yang merasa sebagai agen pembaharuan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada zaman pemerintahan Presiden Soekarno yang juga berhasil digulingkan oleh mahasiswa yang berdemo pada masa itu. Jika kita melihat lebih jauh kebelakang lagi, kita dapat melihat bagaimana kekuasaan raja Louis di Prancis jatuh dengan adanya pergerakan dari rakyat dalam menyerang penjara Bastille dimana pada saat itu berhasil menjatuhkan pemerintahan Raja Louis yang dictator. Kesamaan dari semua contoh ini adalah bagaimana semua pemerintahan yang berkuasa begitu lama karena dukungan ataupun kepatuhan dari rakyatnya pada akhirnya hanya dapat dijatuhkan oleh rakyatnya tersebut.
Dan kita lihat lagi kenapa rakyat dari penguasa tersebut sepakat untuk menggalan kekuatan dalam rangka menjatuhkan penguasa adalah karena mereka tidak tahan lagi dengan kondisi yang mereka jalani setiap harinya. Tekanan yang terus-menerus, maupun kondisi kehidupan mereka yang tidak mengalami perbaikan malah cenderung kearah kemunduran, dan ketidakpedulian penguasa aka nasib mereka sementara mereak terus setia dalam memilih dan mendukung penguasa tersebut telah menimbulkan tumpukan kekecewaan dari rakyat tersebut dan mengakibatkan keinginan untuk mendapatkan perubahan akan kondisi mereka memberikan mereka alasan yang cukup kuat untuk melakukan perlawanan dalam hal ini dalam bentuk demonstrasi untuk menunjukkan kekuatan mereka. Dan pada saat hal ini terjadi penguasa yang kalau boleh kita katakana cenderung ke dictator ini dalam kasus Indonesia tidak punya pilihan lagi untuk tetap dapat mempertahankan kekuasaannya, sehingga pada akhirnya mereka setuju pada tuntutan rakyat untuk mundur dari kursi penguasa. Hal inilah yang terjadi pada kasus Soeharto dimana pada tahun 98 semua elemen mahasiswa sepakat untuk meminta Soeharto mengundurkan diri dan Soeharto tidak punya alasan lagi untuk tetap mempertahankan kekuasaannya karena sudah mendapat begitu banyak penolakan dari rakyatnya dan mengakhiri kekuasaan rezimnya.
Satu kata yang sangat popular sejak masa itu adalah reformasi. Dimana kata ini dijadikan justifikasi atas semua tindakan perubahan yang kalau dapat dikatakan cukup radikal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia. Dimana reformasi dipaksakan untuk diterapkan disemua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua aspek pemerintahan dipercaya telah melakukan KKN, dan karenanya harus dilakukan reformasi pada semua departemen, system birokrasi, bahkan pada undang-undang dasar itu sendiri tidak terlepas dari reformasi dengan kata lain yaitu amandemen undang-undang dasar itu sendiri yang sampai saat ini sudah mencapai empat kali dan sangat terbuka kemungkinana adanya amandemen yang kelima.
Sejak saat itu dimulailah usaha perubahan bangsa Indonesia yang tadinya “katanya” sangat tertutup, terbatas dalam hal kebebasan berbangsa dan bernegara, makna kata kebebasan yang selam ini dikembangkan dan dijunjung tinggi oleh Negara kapitalis mulai diterapkan di Indonesia dengan harapan kita dapat menjadi masyarakat yang paling tidak mendekati standar masyarakat Negara maju yang kebanyakan adalah kapitalis. System birokrasi yang selama ini dianggap hanya menguntungkan para birokrat dan penguasa mulai diubah dengan harapan rakyat sebagai hal terpenting dari sebuh Negara mendapat pelayanan birokrasi yang baik, yang pada akhirnya mudah-mudahan dapat membawa masyarakat Indonesia secara keseluruhan kearah yang lebih baik juga. Saat ini kita akan lebih menyoroti bagaimana system birokrasi di Indonesia itu sendiri, terlepas dari aspek-aspek lain dalam kehidupan bernegara bagsa Indonesia yang juga ikut terpengaruh pasca reformasi 98. Selanjutnya kita akan coba melihat bagaimana usaha-usaha yang dilakukan pasca reformasi dalam membuat system birokrasi menjadi lebih baik, sehingga tujuan utama dari birokrasi yaitu pelayanan public dapat diberikan secara maksimal, dan rakyat memang benar-benar menikmati indahnya hidup dalam era demokrasi pasca reformasi.
Hanya saja dalam usaha menuju memberikan pelayanan public yang lebih baik telah terjadi kesalahan-kesalahan penerapan cara perbaikan birokrasi itu sendiri atau yang lebih dikenal dengan mitos-mitos reformasi birokrasi, dimana berbagai usaha coba diambil oleh suatu pemerintahan yang baru dalam rangka perbaikan birokrasi hanya saja cara ini tidak berjalan baik ataupun tidak berhasil membawa perbaikan pada system birokrasi itu sendiri dan pelayanan public yang diberikan kepada masyarakat. Kita bisa saja menyalahkan pada mitos-mitos reformasi birokrasi tersebut mengenai system yang salah dalam perbaikan birokrasi di Indonesia. Namun kita tidak dapat menghakimi dan menyalahkan mitos-mitos reformasi birokrasi tersebut karena pada beberapa Negara mitos-mitos reformasi birokrasi ini diterapkan dan dapat berhasil dengan baik. Sehingga kalau begitu maka kesalahan tidak lagi sepenuhnya pada teori yang ada, tapi masalahnya ada pada sifat ataupun criteria dari para birokrat Indonesia yang tidak memungkinkan mitos-mitos reformasi birokrasi tersebut untuk berhasil.
Lima mitos reformasi birokrasi itu sendiri tidak dapat berhasil di Indonesia karena tidak dapat menyentuh secara langsung permasalahan dalam system birokrasi kita, entah karena memang kita yang tidak tahu apa yang sakit dalam birokrasi kita sehingga kita tidak dapat menentukan apa obatnya, atau apakah kita telah salah mendiagnosa penyakit apa dalam birokrasi kita sehingga kita salah memberikan obat pada system birokrasi tersebut yang berakibat penyakit sebenarnya tidak sembuh dan malah akan menimbulkan penyakit baru, atau sebenarnya kita tahu persis apa penyakit birokrasi itu tapi kita terlalu takut untuk mengakuinya karena penyakit tersebut hampir tidak dapat disembuhkan dengan cara apapun kecuali mungkin dengan memangkas salahsatu atau beberapa anggota tubuh atau dalam istilah birokrasi dikenal dengan nama rasionalisasi. Hal terakhir ini mungkin penjelasan yang paling mendekati gambaran dari kondisi birokrasi Indonesia pada saat ini. Dimana segala tindakan mungkin telah dilakukan oleh pemerintah dalam memperbaiki system birokrasi itu sendiri dimana kita sebagai masyarakat awam mungkin tidak menyadari langkah apa saja yang sudah diambil untk melakukan perbaikan namun dapat dikatakan hal ini tidak berhasil, bukannya kita menjadi seorang yang pragmatis dalam hal ini hanya saja kita harus realis dalam hal ini.
Kita ambil contoh mitos liberal dimana birokrasi dapat diperbaiki dengan pembelanjaan dan berbuat lebih banyak. Sekarang kita lihat faktanya pada birokrat di Indonesia. Setiap tahunnya pemerintah Indonesia menganggarkan dana yang cukup besar bagi perjalan dinas keluar negeri ataupun dikenal dengan istilah studi banding keluar negeri, berapa besar dana yang harus dikeluarkan pemerintah dalam menyiapkan anggaran untuk membiayai akomodasi dari para utusan departemen ataupun para anggota DPR yang katanya studi banding. Kita bisa lihat kenyataan puluhan orang bisa berangkat dalam program ini, sering terjadi setibanya diluarnegeri tersebut mereka tidak dapat bertemu dengan para birokrat asing tersebut karena kesibukan mereka, lalu kalau begitu bagaimana mereka bisa studi banding atatupun membandingkan kinerja birokrat disana dengan Indonesia. Kalau begini maka sia-sialah uang Negara untuk membiayai begitu banyak orang yang berangkat keluar negeri. Kalau memang niatnya serius untuk studi banding, kenapa tidak mengirim hanya satu atau dua orang saja sehingga programnya dapat berjalan benar-benar efektif dan efisien dan nantinya satu atau dua orang ini dapat membagi penglamannya pada birokrat yang lain. Atau kalau mau lebih efisen lagi maka para birokrat itu dapat saja mengakses internet untuk dapat mengetahui segala informasi yang mereka butuhkan dalam rangka mengetahui bagaimana kinaerja birokrat di luar negeri. Karena di era globalisasi seperti saat ini semua informasi bisa didapat di internet dan tidak hanya sekadar informasi tapi dapat berupa data yang dimuat secara terperinci, jangan juga berkata bahwa birokrat kita tidak dapat mengakses internet, karena bukankah hamper semua instansi pemerintah saat ini ramai-ramai membagikan laptop gratis pada para anggotanya dengan harapan dapat membuat kinerja mereka lbih baik. Hal ini sudah seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan public dan bukannya malah digunakan sehari-harinya untuk main games solitaire, Diablo, ataupun friendster seperti yang dilakukan para mahasiswa yang notabene mendapatkannya dari orangtuanya untuk digunakan main games dan nonton film bukannya seperti para birokrat ataupun anggota DPR/D yang mendapatkannya dari uang rakyat yang dikumpulkan untuk pada akhirnya digunakan untuk kepentingan birokrat.
Mitos konservatif lebih tidak mungkin lagi diterapkan di Indonesia saat ini, bagaimana mungkin mengurangi gaji pegawai untuk membuat kinerja mereka lebih baik lagi, sedangkan dengan gaji dan segala belanja yang dikeluarkan untuk mereka, para birokrat tidak menunjukkan pelayan public yang seahrusnya mereka berikan, apa yang akan terjadi jika gaji mereka malah dikurangi, pungutan liar bukan tidak mungkin akan berkembang pesat dari yang sebelumnya dalam rangka memberikan pelayanan public kepada masyarakat.
Mitos bisnis yang diserukan dengan menyatakan bahwa menerapkan sistem swasta dalam birokrasi akan membawa perbaikan merupakan suatu hal yang butuh penjelasan lebih lanjut akan hubungan keduanya. Karena kalau kita perhatikan dasar dari system pelayanan yang dimiliki keduanya sudah jauh berbeda. Swasta mempunyai orientasi keuntungan dalam menjalankan fungsinya, mereka akan melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mendapatkan keuntungan, swasta juga sangat peka akan kompetisi dari pesaingnya sehingga pelayanan sebaik-baiknya akan diberikan sehingga mereka dapat merebut hati public dengan memberikan pelayanan yang lebih baik dari pesaing mereka dan selalu memberikan pelayanan masyarakat yang lebih baik lagi dari sebelumnya dalam rangka memenangkan hati publik sebagai objek pelayanan mereka. Sedangkan birokrat ataupun pegawai negeri orientasinya adalah pelayan public, tidak peduli bagaimanapun usaha yang mereka lakukan mereka tidak akan mendapatkan insentif atau bonus, dan jika mereka tidak melakukan pelayanan dengan baik mereka tidak akan mengalami kerugian apa-apa karena pegawai negeri tidak perlu takut untuk dipecat. Melihat hal ini bagaimana kita akan menerapkan mitos bisnis dalam perbaikan birokrasi
Mitos pegawai menyatakan bahwa pegawai negeri dapat memiliki kinerja lebih baik jika mereka punya cukup uang. Masalahnya adalah terlalu banyak pegawai negeri, apa yang harus mereka kerjakan jika memang tidak ada tugas atau perintah itu sendiri, makanya tidak herang jika pegawai negeri istirahat makan siang bisa sampai pada sore hari, karena memang tidak ada hal yang harus dilakukan dikantor, atasan pun akan sulit untuk memarahi dan memkasa anak buahnya untuk tetap duduk diam dikantor sementara mereka tidak punya apa-apa untuk dikerjakan, bahkan murid SMA dan mahasiswa saja yang tugasnya tidak melakukan apa-apa kecuali datang kekampus, duduk, dan mendengarkan mengalami kebosanan yang sangat akan rutinitas tersebut, apalagi bagi para birokrat tersebut yang sudah lulus sekolah ataupun kuliah dan sudah cukup berumur jika mereka harus tetap diam dikantor, kebosanannya malah akan berlipat ganda.
Mitos orang pada dasarnya berpegangan pada teori itikad baik, dimana diyakini bahwa dengan memperkerjakan orang yang baik akan memiliki kinerja yang baik, menghasilkan pelayanan public yang baik, dan pada akhirnya membawa birokrasi kearah yang lebih baik lagi, dan menciptakan masyarakat yang lebih baik juga. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu idealisme yang sulit sekali diterapkan dalam dunia kerja, perumpamaannya adalah ketika kita masuk kedalam suatu sungai yang arusnya sangat deras, walaupun ia seorang perenang kelas satu dunia, jika ia berusaha berenang melawan arus sungai yang begitu kencang maka ia tidak akan bertahan lama sebelum ia akhirnya kelelahan, menyerah dan terseret arus, atau kalau ia masih kuat ia akan cepat-cepat keluar dari arus sungai tersebut selagi masih bisa, atau yang paling aman adalah dari awal jangan pernah masuk kesungai dan mencoba melawan arusnya seorang diri karena arusnya sangat kencang dan telah memiliki aliran sendiri, sehingga kalau ingin mengalahkan arus tersebut hanya dengan idealisme dan ketekatan hati maka sebaiknya dipikir-pikir terlebih dahulu. Karena orang sebaik atau seidealis apapun jika sudah terjebak dalam suatu system yang sudah sangat kuat dan mengakar, maka tidak akan mungkin dapat merubah keadaan tersebut dan mempertahankan idealismenya. Karena pada dasarnya masalahnya bukan pada tidak adanya orang ang ingin berubah, tapi pada suatu system yang menjebak mereka dan tidak mungkin melawannya.
Sehingga pada akhirnya kita sampai kepada pendapat yang sinis, dengan menyatakan bahwa kondisi seperti yang terjasi di Indonesia ini sudah tidak dapat diperbaiki lagi, semuanya sudah sangat rusak dan tidak mungkin ntuk dilakukan perubahan lagi. Karena sepertinya tidak ada jalan keluar akan masalah birokrasi di Negara ini. Maka dari itu timbul satu lagi pendapat bahwa rasionalisasi mungkin adalah jalan keluar bagi perbaikan birokrasi Negara ini. Kita belum tahu apakah hal ini akan berhasil atau tidak, ataukah pada akhirnya rasionalisasi juga ikut menjadi suatu mitos dalam reformasi birokrasi. Hanya saja rasionalisasi menjadi suatu pilihan yang paling masuk akal yang bisa kita pikirkan saat ini untuk benar-benar melakukan reformasi dibidang birokrasi Indonesia.
Dari lima mitos reformasi birokrasi yang sudah dijelaskan diatas dapat dilihat bahwa usaha-usaha tersebut tidak berhasil dalam membawa perubahan pada birokrasi Indonesia kearah yang lebih baik lagi. Makanya bukanlah suatu hal yang kejam untuk melakukan rasionalisasi dalam tubuh birokrasi selama ada uang pesangon ataupun tunjangan pegawai yang diberikan dalam jumlah masuk akal dan manusiawi bagi mereka yang dirumahtugaskan. Memang untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi ada hal-hal yang ahrus dikorbankan, dan jika merasionalisasi pegawai adalah satu-satunya jalan dan ini merupakan scenario terburuk namun mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi, lalu kenapa kita tidak berkorban untuk sesuatu yang lebih baik lagi dimasa depan. Selama konsep ini dijalankan secara konsekuen dan tidak dihentikan ditengah jalan karena ketidakmampuan penguasa dalam menangani hal ini, karena akan menimbulkan ketidakadilan bagi mereka yang terkena imbas pada awal system rasionalisasi pegawai diterapkan jika system ini berhenti ditengah jalan akibat banyaknya penolakan masyarakat.
Maka dari itu konsep rasionalisasi menjadi suatuopsi yang sekarang mulai dipikirkan oleh pemrerintah dalam rangka janji SBY pada masa kampanyenya bahwa rakyat akan menikmati pelayanan public yang lebih baik lagi. Setelah semua mitos reformasi birokrasi diatas kita patahkan, maka tinggalah rasionalisai sebagai cara yang paling mungkin dapat merubah system birokrasi walaupun kelihatannya merupkan system reformasi birokrasi yang paling tidak mungkin untuk diterapkan. Dikatakn demikian, karean dari awal kita mendengar kata rasionalisasi maka yang akan terbayang adalah betapa kejamnya pemerintah pada rakyatnya, setelah mereka seenaknya membuat kebijakan yang sebagian besar merugikan rakyat, sekarang pemerintah jelas-jelas melakukan hal yang lebih kejam lagi dengan mengambil mata pencarian orang-orang yang dulunya bekerja pada pemerintah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa penolakan masyarakat akan keputusan pemerintah ini akan terjadi dimana-mana. Pemerintah akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat karena dianggap seenaknya membuat kebijakan tanpa mempertimbangkan akiabtnya pada masyarakt luas. Hal inilah yang paling ditakuti oleh setiap pemimpin yang berkuasa disuatu Negara, karena dengan kepercayan rakyat mereka dapat menjalankan programnya dengan baik, dengan kepercayaan rakyat mereka akan mendapat dukungan yang memungkinkan mereka untuk terus berada di kursi pimpinan. Karenanya kehilangan kepercayaan rakyat merupakan hal yang harus dihindari apapun caranya, dan melakukan rasionalisasi merupakan salah satu hal paling ampuh untuk menghancurkan kepercayaan rakyat dan menghancurkan dukungan yang diperlukan pemerintah untuk terus berkuasa.
Logikanya adalah belum ada suatu pemerintahan yang berkuasa yang bersedia melakukan reformasi birokrasi secara radikal dengan meniggalkan cara konvensional seperti yang ada pada mitos reformasi birokrasi. Karena seperti investasti dibidang pendidikan dimana hasilnya baru akan dapat dinikmati dua puluh tahu kedepan, begitu juga dengan reformasi birokrasi. Apabila pemerintah sungguhsungguh melakukan breformasi birokrasi dengan niat semata-mata agar pada akhirnya dapat memberikan pelayanan public yang baik bagi masyarakatnya, maka hasil sesungguhnya dan perubahan dalam pelayanan public tersebut baru dapat dirasakan berpuluh tahun mendatang, pemerintah yang berkuasa belum ada yang bersedai mengorbankan jabatannya dengan kemungkinan kehilangan dukungan dari rakyat demi membawa perubahan yang berarti bagi perbaikan birokrasi Indonesia dimasa depan, dimasa pemerintahan presiden XYZ pengganti-pengganti seterusnya dari Presiden SBY saat ini.
Dengan rasonalisasi akan didapat efisiensi dan efketifitas dari para birokrat, dimana mereka yang bertahan adalah mereka yang benar-benar dibutuhkan dan memiliki kompetensi untuk menjadi birokrat dalam rangka memberikan pelayanan public kepada rakyat secara keseluruhan. Mereka juga akan lebih mengerti akan posisi mereka da mengapa mereka tetap menajdi seorang birokrat, mereka juga akan ingat pada tugas utama dari birokrat yaitu pelayanan public, tugas mereka adalah melayani dan membuat masyarakat senyaman mungkin dalam segala urusan birokrasi, masyarakat yang menyadari perubahan dalam system pelayanan public tentu saja akan berasumsi bahwa kondisi seperti ini adalah lebih baik dan memang begini seharusnya para brokrat tersebut bekerja. Dengan system ini maka semua orang akan diingatkan lagi akan posisi dan tugas masing-masing, dan ketika semua orang sudah tahu apa yang harus dan tidak seharusnya dilakukan maka esensi dari system birokrasi yang baik ataupun Good Corporate Governance akan dapat terlaksana.
KORPORATOKRASI
Semua Negara pada saat ini mengaku menjalankan suatu system yang diagung-agungkan karena dipercaya memerintah hanya dan untuk rakyat, tapi pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Bukan satu negara kaya saja, bukan satu perusahaan raksasa saja, bukan satu pemilik uang melimpah saja. Tetapi kumpulan dari tiga kekuatan ini, yang dinamakan korporatokrasi yang menuasai tidak hanya Indonesia tetapi juga Negara-negara berkembang lainnya diseluruh dunia. Konsep korporatokrasi sering digunakan untuk menggambarkan keadaan saat pemerintah dalam banyak hal bekerja di bawah tekanan, tunduk kepada, dan sekaligus melayani kepentingan perusahaan swasta besar. Suatu pemerintahan yang kuat ataupun berkuasa tidak bisa dilepaskan dari korporatokrasi. Politik tanpa dukungan finansial yang kuat akan menjadi kekuatan yang lumpuh dan sebaliknya finansial tak akan berkembang jika jauh dari kekuasaan. Demokrasi bakal tumbuh dan berkembang jika pihak yang memiliki kekayaan menjadi kuat dan aktif dalam proses demokratisasi. Dari sini bisa kita lihat kenapa akhir-akhir ini banyak pengusaha yang terjun kedunia politik. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah apakah dampak atau pengaruh yang akan ditimbulkan dari masuknya pengusaha ke dalam dunia politik atau diistilahkan dengan era korporatokrasi di Indonesia ini.
Sisi baik dari masuknya pengusaha ke dunia politik diharapkan akan menumbuhkan jiwa entrepreneur atau kemandirian dalam membangun perekonomian wilayah yang dipimpinnya. Sementara kekhawatiran negatif muncul bila pengusaha hanya menjadikan kekuasaan sebagai alat memperluas dan melanggengkan usaha-usaha yang dijalaninya dengan melakukan praktek KKN. Dalam memandang tren korporatokrasi ini diperlukan sikap yang bijak dari semua pihak. Pengusaha yang masuk ke wilayah politik bukanlah suatu hal yang menakutkan, justru akan menimbulkan dampak positif bagi perkembangan politik itu sendiri dengan adanya kemandirian di sisi finansial. Namun perlu diingat bahwa pengusaha yang sudah menjadi pejabat publik sekarang, mereka sudah menjadi milik publik. Karena itu sudah seharusnya mereka memikirkan melayani rakyatnya sekarang dan meninggalkan atau menyerahkan usahanya keorang kepercayaannya, agar tidak tercampur-aduk dalam satu kepemimpinan. Sikap profesionalisme pegusaha yang kini menjadi penguasa itu sendiri yang kini dituntut lebih dimunculkan melalui kebijakan yang menguntungkan masyarakat, untuk menepis tudingan miring kalangan yang memandang negative munculnya pengusaha-pengusaha ke dunia politik
Dengan demokrasi maka rakyat otomatis akan masuk dalam kekuasaan korporatokrasi. Salah satu contoh hal ini dapat dilihat pada kebebasan kepemilikan, setiap orang bebas memiliki apapun asalkan mampu. Bumi, air, dan kekayaan yang menjadi hajat hidup orang banyak tidaklah dikuasai oleh negara. Pihak yang mempunyai dana lebih besarlah yang akan menguasainya. Inilah yang membuat rakyat berada dalam tahapan cengkeraman korporatokrasi. Karena untuk melakukan kepemilikan tersebut rakyat tidak akan mempunyai cukup uang untuk membeli atau memiliki sektor-sektor diatas. Karenanya pada akhirnya yang dapat menguasai hajat hidup orang banyak adalah swasta dan pada akhirnya mereka juga ikut turut serta dan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam jalannya pemerintahan. Secara umum, kondisi masyarakat biasanya diwarnai oleh tiga hal yaitu nilai, kekuasaan, dan harta. Yang menjadi pertanyaan adalah, mana di atara ketiga hal tersebut yang berada diatas yang lainnya. Dalam masyarakat komunis, kekuasaan memimpin nilai dan harta. Dalam demokrasi yang sudah tercampur korporatokrasi maka nilai dan kekuasaan hanyalah alat semata dan hartalah yang berkuasa.
Korporatokrasi prinsipnya adalah proses kebijakan yang hanya akan menguntungkan bisnis dan penguasa politik. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana nasib rakyat, jika nasibnya tersebut sangat dipengaruhi oleh korporatokrasi. Pemerintah pad dasarnya adalah regulator semua kegiatan publik, termasuk aktivitas korporasi dan menegakkan hukum bila terjadi pelanggaran hukum. Pemerintah tak boleh tunduk kepada kepentingan individu atau korporasi manapun. Adanya Conflict of interest semacam itulah yang merusak demokrasi yang susah payah kita coba terapkan selama 10 tahun. Ketika penguasa dan pengusaha berkumpul di satu tangan maka akan terjadi pemerintahan korporatokrasi dimana kebijakan-kebijkan yang dikeluarkannya diutamakan untuk menguntungkan korporasi. Masyarakatpun pasti akan menyadari keterkaitan Lapindo Brantas dengan Aburizal Bakrie serta kepentingan Presiden sendiri. Kecuali Aburizal Bakrie mengundurkan diri atau diberhentikan dari menteri. Sebab sangat tidak masuk akal, pihak berkepentingan, atas nama jabatan negara, ikut serta dalam mengambil keputusan tentang perusahaan yang merupakan miliknya sendiri. Saat ini yang sedang terjadi di Indonesia adalah negara korporatokrasi bukan demokrasi, yang berkuasa bukan rakyat tetapi sekelompok kecil orang yang memiliki kekayaan, saat ini aspirasi rakyat terabaikan dan terbuang percum malah yang berkuasa secara nyata adalah pemilik korporasi. System demokrasi pada dasarnya tidak bisa deterapkan dalam negara yang besar, heterogen, apalagi bersifat global. Secara historis demokrasi hanya pernah berlangsung pada masa Yunani Kuno tepatnya di kota Athena yang pendudukannya hanya sebanyak penduduk satu RT di salah satu perkampungan di kota Jakarta. Negara yang jumlah penduduknya setingkat RT saja. Lebih dari RT itu, demokrasi tidak punya kapabilitas menanganinya
niy baru pertama kali gw ngisi blog,,,,
ga tw juga niy, bakal rame yg bc apa kagak,,,
after all.... selamat baca,,,
hehehehe
ga penting jg niy gw,,,